Saat Banjir Sangatta, Pengelolaan Air Tambang KPC Masih Compliance
SANGATTA – Saat banjir besar di Kota Sangatta, pada tanggal 18-20 Maret 2022 lalu, PT Kaltim Prima Coal (KPC) memastikan, air keluaran dari tambang masih di bawah ambang batas, sesuai yang dipersyaratkan pemerintah. Kepatuhan ambang batas itu, mencakup parameter baku mutu, kualitas dan debit air yang kelar dari tambang KPC.
Hal itu disampaikan GM External Affairs and Sustainable Development, Wawan Setiawan sekaligus merespon kabar hoax, yang menyebut banjir Sangatta terjadi akibat tanggul kolam tambang KPC jebol.
“Kami memastikan pengelolaan air tambang masih sesuai aturan yang dipersyaratkan, baik baku mutu, kualitas air, maupun debit air keluaran menuju sungai sebagai badan penerima. Hal ini telah dicek secara langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kutai Timur dan telah diambil sampel di titik penaatan kolam tambang KPC untuk uji laboratorium,” kata Wawan, Kamis (23/3/2022).
Demikian juga dengan debit air yang keluar menuju sungai Sangatta, Wawan mengungkap bahwa masih di bawah standar. Contohnya seperti Kolam PSS Bendili, dimana debit maksimal yang boleh keluar adalah 10,56 m3/detik, namun pada saat banjir tanggal 18-20 Maret 2022, debit yang keluar hanya 5,05 m3/detik. Lainnya di kolam J Void, debit yang boleh keluar sebanyak 15,6 m3/detik, namun saat banjir hanya keluar sebanyak 6,12 m3/detik.
Wawan lebih lanjut menjelaskan, area tangkapan air atau catchment area tambang KPC, hanya menyumbang 6,06 persen dari total luas DAS Sangatta. Sehingga kontribusi untuk pembentukan volume air dari wilayah terganggu KPC ke sungai Sangatta juga tergolong kecil.
“Dan yang pasti, seluruh area tangkapan air di tambang KPC tertampung di kolam-kolam pengendap berizin dan dilakukan treatment kualitas dan kuantitas airnya sebelum keluar ke sungai” ujarnya.
Untuk DAS Sangatta, lanjut Wawan, ada tujuh kolam yang seluruh baku mutu, kualitas air dan debitnya memenuhi baku mutu ijin kolam; yaitu Kolam Marsawa, Cempaka, PSS, Melawai 2, WQ27D, WQ27F, WQ33. Semua kolam ini berjalan normal saat banjir terjadi dan tidak ada yang jebol bangunan airnya seperti isu yang berkembang di media sosial.
Wawan lebih lanjut mengatakan, pada tanggal 18-20 Maret 2022, ada dua kondisi yang memicu banjir besar di DAS Sangatta. Yakni curah hujan yang sangat tinggi mencapai 167 mm/hari dengan air pasang yang naik mencapai lebih dari 2,5 meter.
Hal ini membuat air hujan yang deras tidak dapat mengalir ke laut dan membanjiri sepanjang sempadan sungai Sangatta. “Pantauan kami di outlet PSS Bendili, justru air dari arah sungai Sangatta masuk ke sungai Bendili dan tertahan lama tidak mengalir keluar sehingga volume lebih besar dari biasanya,” ujarnya.
Kemudian adanya anggapan bahwa luas area bukaan KPC sangat mungkin meningkatkan volume air menuju sungai dan menyebabkan banjir saat hujan terjadi, tidaklah benar. Wawan meluruskan, seluruh air hujan yang jatuh ke area terbuka KPC telah ditampung di kolam-kolam pengendap dan dikontrol baik kualitas maupun kuantitas airnya.
Selain melakukan pengelolaan air tambang, KPC juga melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif. Dari 32,542 hektar lahan yang ditambang, sebanyak 13,267 hektar atau 40,77 persen telah direklamasi kembali. “Sejak tahun 2014, luasan target reklamasi KPC selalu di atas 1000 hektar,” ucapnya pada TribunKaltim.co.
Yang terakhir, karyawan KPC dan kontraktornya saat ini berjumlah 27 ribu lebih, dan jika ditambah keluarga, maka totalnya sekitar 81 ribu jiwa. Mayoritas karyawan tinggal di Sangatta dan Bengalon, yang mana turut mengkonsumsi air Sungai Sangatta dan Bengalon.
“Untuk itu, kami menjaga kualitas air Sangatta dan Bengalon seperti halnya menjaga keluarga dan diri kami sendiri,” ujarnya.(*)